"wa laqod zayyannas samaa'ad dun_ya bi mashoobiiha..."
Lantunan ayat-ayat Alqur'an yang jauh dari fasih itu terdengar begitu merdu di telinga kami. Malam ini, seperti pekan-pekan sebelumnya, aku dan seorang kawan menyambangi musholla itu, mendiktekan ayat-ayat Allah di depan para jama'ah. Keutamaan surat Al-Mulk yang baru saja ku paparkan menambah semangat para jama'ah untuk menyimak.
Kajian pekanan selepas Maghrib ini telah berjalan hampir satu tahun, jama'ah kami tak banyak, hanya segelintir ibu-ibu (atau mbah-mbah lebih tepatnya) yang berasal dari sekitar musholla. Namun guratan-guratan keriput dan mata-mata lelah mereka tak sebanding dengan tekad dan semangat mereka mempelajari Alqur'an, terlebih saat lisan-lisan kaku itu berusaha mengikuti bacaan yang ku perdengarkan.
Sejujurnya, tak jarang kami merasa ogah tiap kali jadwal pakanan ini tiba. Namun, senyum-senyum tulus dan wajah-wajah sumringah yang menyambut kami sesampai kami di musholla itu melahap habis rasa ogah kami. Berganti dengan semangat dan rasa ingin berbagi yang membara.
Dan aku belajar, bahwa
tak ada rasa yang tak berbalas. dengan apa kita mengutarakannya, dengan itu pula seseorang menerimanya.
entah saat kita menulis, berbicara, atau menepuk pundak seseorang.
kalimat sederhana, bahasa yang biasa, bahkan tepukan ringan, akan berbeda maknanya jika ianya berasal dari ketulusan.
dan yakinlah, energi yang kita ingin bagi melalui hal-hal kecil itu, akan tersampaikan pada siapa saja yang menerimanya.
seperti energi yang senantiasa diberikan oleh para mbah yang bisa melenyapkan ogah kami, dan mengajak kami untuk berbagi senyum yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar