“Jadilah guru TK, jar.. atau dosen sekalian..”
Entah berapa kali abi menyarankan hal itu padaku. Aku, yang anti dengan
dunia bocil _karena tak bisa membaur dengan mereka_ sama sekali belum setuju
dengan ide itu.
Kenapa harus TK ??
.....
Hari itu, seorang guru bernasehat di muka kelas. Jangan menggambar makhluk
hidup, karena kelak akan diminta Allah untuk untuk menghidupkan. Begitu inti
nasehatnya.
Ia terus bernasehat, tak peduli tak diperhatikan.
Sorenya, seorang bocah lima tahunan menggledah isi rumahnya. Dapat.
Ternyata buku ta’lim sang bunda targetnya. Dengan alat tulis di tangan, ia
segera memilah. Halaman demi halaman. Ia menarik garis. Kali ini bukan hanya
corat-coret, tapi benang kusut yang berlapis-lapis. Hitam.
Ah,
Ternyata ia merekam guru tadi. Ia bukan sedang berkarya. Ia menghapus
karya. Ia menghapus gambar-gambar sang bunda yang dulu pernah direngeknya.
Ia memahami kata gurunya. Ia mengamalkan ilmunya.
.....
Tentu dengan sedikit penambahan, tapi itu kisahku. Kisah yang ku alami
belasan tahun lalu. Dan kini aku sadar, betapa besar pengaruh guru.!
Guru TK bukanlah pendidik manusia biasa. Ia adalah pendidik manusi-manusia
berumur emas. Pikiran bawah sadarnya selalu aktif, bahkan meski kakinya
berlarian entah kemana.
Jika seorang ibu adalah madrasah awal bagi buah hatinya, maka guru TK
adalah gerbang awal kesuksesan seorang anak
manusia.
Betapa tidak, ia adalah pendikte huruf, pengeja a-ba-ta, pengenal hal baru,
dan entah apalagi jasanya. Dan seperti
aku, hal-hal yang diajarkannya tak akan lekang sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar