Minggu, 28 Februari 2016

#wahai Ayah, jadikan ia pekerja.."



“Wahai ayah, jadikan ia sebagai pekerja. Sungguh, ia kuat dan terpercaya.”
Kalimat lugas ini, putri calon mertua Musa yang mengatakannya. Dan ayahnya tahu, “jadikan ia pekerja”, tentu hanya kata lain dari “jadikan ia menantu.” Maka, ayahnya menjawab pintanya, ditawarinya Musa pekerjaan, sebagai syarat mendapatkan putrinya. Dan Musa, menyetujuinya. Romantis, bukan ?

Namun, bukan itu esensinya, karena yang lebih menarik, adalah prosesnya.
Karena 2 kriteria ideal yang ia damba itu, bisa ia lihat pada diri Musa, hanya dalam dua kali temu.

Saat itu ia dan saudarinya tengah antri, menunggu di tengah terik demi memberi minum kambing-kambing gembalanya. Namun saat sekawanan lelaki itu pergi, tertutup pula lah sumber air itu. Maka Musa, yang sedari tadi mengamati mendekat, menawarkan bantuan. Disingkirkanlah batu itu, batu yang mulanya baru tergeser oleh 3-4 tenaga orang dewasa.
Itu kuat.

Dan ini terpercaya.
Yakni, saat ia memenuhi pinta sang ayah, mengundang Musa menghadapnya. Lalu mereka berjalan, dengan ia di depan sebagai penunjuk. Tapi angin gurun menyingkap pakaiannya, malulah ia. “Berjalanlah di belakangku, lemparkan batu ke arah kiri atau kanan jika ingin berbelok,” kata Musa, paham akan kerisihan gadis di depannya itu.

Sungguh, dua kali pertemuan yang mengesankan. Dua pertemuan, yang bukan ia yang mengatur, tapi Allah yang tuntun. Dua pertemuan, yang disejarahkan oleh Al-Qur’an.
Dan apalagi yang diingin oleh Al-Qur’an selain agar kita mengambil hikmahnya.
Maka, tak perlu mencari. Tal perlu mengumbar diri. Karena, saat waktu itu tiba, kelak Allah akan tunjukkan jalannya.
Maka, jangan terlewat oleh kita dua hal itu, kuat, terpercaya.

Senin, 22 Februari 2016

#hujan...



Hujan akan menampakkan, seberapa peduli seseorang dalam komunitas. Dan kita menyadarinya, saat menemukan kendaraan kita, sudah berpindah ke parkiran.
Hujan  menunjukkan keteguhan prinsip seorang akhwat. Kita bisa melihatnya, saat sebagian mereka, lupa menutupi kakinya karena tergopoh menyelamatkan jemuran.
Hujan mengajarkan ketulusan, bahwa betapapun derasnya ia turun, seorang guru akan selalu menerjang. Kita akan melihatnya, saat ia berbasah-basah dengan mantelnya, demi kelangsungan peradaban.
Hujan, akan menguliti kita. Bahwa ternyata, rahmat Allah itu, justru kita gunakan untuk alasan tak ikuti pelajaran.
Hujan, yang dinginnya mampu membelai kita tuk berlama-lama tidur. Sholat pun terabaikan.
Sungguh, hujan adalah rahmat. Jernih airnya lalu menunjukkan, seberapa jernih kita, seberapa jernih sekitar kita.
Allahumma shoyyiban nafi’aa..   

Jumat, 19 Februari 2016

#visi Tertinggi



Pemuda itu telah mempersiapkan nama anak pertamanya. Seorang perempuan, yang didamba akan menjadi sosok pemudi yang mukminah. Jauh sebelum ia menyiapkan nama seorang yang akan menjadi ibunya.
Bertahun kemudian, do’anya terijabah. Allah amanahkan padanya seorang bayi perempuan tuk mengawali karir pertamanya sebagai seorang ayah.
Dan ibunya, sungguh sosok yang istimewa. Belasan tahun ia membina keluarga, tak pernah absen darinya dua hal paling berat bagi seluruh wanita. Mengandung, menyusui.
Tapi bukan itu yang istimewa, karena yang membuatku tertegun adalah jawabnya saat ditanya,
“Rasulullah menjanjikan, pada tiap seratus tahun, akan ada seorang pionir, yang di tangannya Allah anugerahkan kejayaan Islam. Maka kami berdo’a, semoga merekalah pionir yang dijanjikan itu..”
Allahu akbar.
Sungguh, sebatas yang ku ingat, aku belum pernah mendengar, dari sekian orang yang pernah ku temui, visi yang lebih tinggi dari itu...
Dan kemarin, aku mendapat pencerahan, lagi. Pelajaran serupa yang membuatku ternganga.
Kenapa Dia cantumkan do’a itu saat menyebut ciri-ciri ‘Ibadurrahman, hamba-hamba Ar-Rahman..
“Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun, wa j’alna lil muttaqina imama..”
Ya, karena menjadi sholih saja tak cukup. Karena puncak kesuksesan adalah, saat kita bisa menjadi pemimpin orang-orang bertaqwa.
Dan Allah menyiratkan kuncinya _menjadikan keluarga, sebagai penyejuk mata.

#secuil Kebaikan



Sungguh, kebaikan bisa datang dari siapa saja, jangan remehkan!
Saya selalu ingat, meski telah sekian tahun lalu. Saat ia tetap bersikukuh di tempat duduknya.
Meski bel telah berbunyi, meski pelajaran telah ditutup, meski guru sudah mempersilahkan,meski yang lain mulai beranjak. Dia tetap duduk.
Aku pernah sekali mengamati. Melihatnya baru keluar, sejenak setelah guru kami melangkah keluar.
Lalu aku tahu, adab alasannya. Adab yang membuatnya tidak lebih dulu pulang sebelum guru kami keluar, meski sudah dipersilakan.
Sungguh, suatu hal yang bahkan tak pernah ku fikirkan.
Sejak itu, setiap aku berada di situasi serupa. Aku selalu teringat, olehnya. Lalu beringsut, kembali duduk, menunggu. Meski awalnya telah bergegas.
Dan aku sadar, betapa malaikat selalu mencatat amal manusia. Yang itu berarti, setiap aku ingat itu, dan bahkan meneladaninya, akan bertambah pula kebaikannya. Terus, selamanya.
Dan kini aku tahu, tepatnya setelah aku menjadi guru. Bahwa betapa perbuatan kecil anak-anak kita, bahkan sekedar tak keluar sebelum aku beranjak, sungguh sangat membahagiakan.
Maka,
Jangan lagi pernah berhenti berbuat kebaikan. Karena tak ada yang tahu, akan ada berapa orang yang membuat kita berpahala karena perbuatan itu.
Dan kelak kita akan tahu, bahwa itu adalah hadiah paling berharga di atas apapun.

Minggu, 14 Februari 2016

#yang Paling Taqwa..


Orang dinilai istimewa, bukan saat melakukan hal-hal luar biasa,
Namun saat ia, berusaha keluar dari kebiasaannya.
Manusia konsumtif yang berusaha berhemat, tentu lebih istimewa dibanding mereka yang terbiasa, atau bahkan terpaksa berhemat.
Orang-orang yang mudah dalam berinfaq, tentu kalah nilai dibanding mereka yang bersusah payah sekedar untuk berinfaq.
Orang yang tertatih belajar, tentu tak kalah mulia dengan orang-orang bergelar.
Maka,
Mereka yang dilansir sebagai semulia-mulia manusia,
bukanlah mereka yang paling bertaqwa karena banyaknya capaian amal, melainkan
mereka yang beramal dengan kesanggupan maksimal..  
Sungguh, betapa adil Rabb kita…