“Wahai ayah, jadikan ia sebagai pekerja. Sungguh, ia kuat
dan terpercaya.”
Kalimat lugas ini, putri calon mertua Musa yang
mengatakannya. Dan ayahnya tahu, “jadikan ia pekerja”, tentu hanya kata
lain dari “jadikan ia menantu.” Maka, ayahnya menjawab pintanya,
ditawarinya Musa pekerjaan, sebagai syarat mendapatkan putrinya. Dan Musa,
menyetujuinya. Romantis, bukan ?
Namun, bukan itu esensinya, karena yang lebih menarik,
adalah prosesnya.
Karena 2 kriteria ideal yang ia damba itu, bisa ia lihat
pada diri Musa, hanya dalam dua kali temu.
Saat itu ia dan saudarinya tengah antri, menunggu di tengah
terik demi memberi minum kambing-kambing gembalanya. Namun saat sekawanan
lelaki itu pergi, tertutup pula lah sumber air itu. Maka Musa, yang sedari tadi
mengamati mendekat, menawarkan bantuan. Disingkirkanlah batu itu, batu yang mulanya
baru tergeser oleh 3-4 tenaga orang dewasa.
Itu kuat.
Dan ini terpercaya.
Yakni, saat ia memenuhi pinta sang ayah, mengundang Musa
menghadapnya. Lalu mereka berjalan, dengan ia di depan sebagai penunjuk. Tapi angin
gurun menyingkap pakaiannya, malulah ia. “Berjalanlah di belakangku,
lemparkan batu ke arah kiri atau kanan jika ingin berbelok,” kata Musa,
paham akan kerisihan gadis di depannya itu.
Sungguh, dua kali pertemuan yang mengesankan. Dua pertemuan,
yang bukan ia yang mengatur, tapi Allah yang tuntun. Dua pertemuan, yang
disejarahkan oleh Al-Qur’an.
Dan apalagi yang diingin oleh Al-Qur’an selain agar kita
mengambil hikmahnya.
Maka, tak perlu mencari. Tal perlu mengumbar diri. Karena,
saat waktu itu tiba, kelak Allah akan tunjukkan jalannya.
Maka, jangan terlewat oleh kita dua hal itu, kuat,
terpercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar